Bisnis Online Terhemat

 

pasang iklan

Minggu, 23 Januari 2011

Sosok Pemimpin dan Negarawan Sejati

Artikel berjudul:

Sosok Pemimpin dan Negarawan Sejati
Menyongsong Pilpres 2009

Disusun Oleh :
Nama : Bayu Prasaja
NIM : 08040018


Nama : Ikrima Khaerun Nisa
NIM : 08040025


Jurusan Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universtas Muhammadiyah Malang
2008/2009






Tahun 2009 mendatang masyarakat Indonesia akan melaksanakan Pilpres, dimana masyarakat akan menggunakan hak suaranya untuk memilih pemimpin. Dalam hal ini setiap orang yang telah memiliki hak pilih sangat dianjurkan untuk memberikan suaranya dalam menentukan pemimpin bangsa ke depan (one man one vote). Siapa yang harus dipilih?
Namun belakangan ini masyarakat mulai merasa resah, dan sulit untuk mengambil keputusan siapakah yang akan dipilih. Karena sudah banyak dari wakil-wakil rakyat sekarang ini yang bukannya melayani rakyat, tapi bertindak sebaliknya yakni merampas hak rakyat. Ini telah menjadi masalah, karena bagaimanapun juga pemilu menggunakan banyak biaya dalam perencanaan dan pelaksanaannya sehingga menyedot APBN hingga milyaran rupiah. Jika angka golput semakin tinggi, maka tidak bisa dibayangkan kerugian yang ditanggung oleh negara karena biaya produksi yang sia-sia.
Ini sudah menjadi masalah klasik bagi pemerintah Indonesia dimana pemerintah tidak mampu menciptakan sebuah kondisi yang mampu memotivasi rakyat untuk menggunakan hak suaranya secara benar. Dari tahun ke tahun seharusnya, para pemimpin di negeri kita harus dapat menginstropeksi dirinya sendiri agar kepercayaan rakyat terhadap mereka semakin kuat bukannya semakin berkurang.
Kita sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) harus pandai-pandai menyaring pemimpin seperti apa yang seharusnya patut untuk dijadikan tumpuan harapan kita. Jangan sampai kita ikut terjebak dalam praktek-praktek neoliberalisme dan neokolonialisme.
Seorang penulis buku kepemimpinan, Dr. Kenneth Blanchard mengisahkan tentang tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani. Yaitu seorang pendeta, seorang professor, dan seorang professional yang berhasil di dunia bisnis. Tiga aspek kepemimpinan tersebut diasosiasikan pada “hati yang melayani” (servant heart), “kepala atau pikiran yang melayani” (servabt head), dan “tangan yang melayani” (servant hands). Tiga aspek tersebut dapat kita jadikan acuan dalam memilih pemimpin yang bertanggung jawab kelak.
A. Hati yang Melayani
Integritas merupakan hal yang sangat mendasar dalam sebuah kepemimpinan. Dalam Islam ditegaskan “La taqulu ma la taf’alun” (jangan kau katakan apa yang tidak kau laksanakan). Ini berarti seorang pemimpin memiliki konsistensi antara apa yang dikatakannya dengan apa yang dilaksanakan. Jika saat kampanye ia mengatakan akan memberikan pelayanan maksimal kepada rakyat, akan membangun fasilitas pendukung dalam pembangunan masyarakat, akan memanfaatkan potensi daerah dengan efektif untuk pembangunan, maka itu benar-benar direalisasikan sewaktu ia menjabat sebagai pemimpin. Bukan malah sebaliknya, menggunakan kedudukan dan jabatan sebagai kesempatan memperkaya diri dan mengambil keuntungan untuk pribadi, keluarga atau golongan tertentu saja.
Ken Blanchard dalam bukunya di atas menyatakan ada lima ciri dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani. Pertama, seorang pemimpin selalu melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Pekerjaannya selalu berorientasi pada kepentingan publik yang dipimpinnya bukan kepentingan diri pribadi maupun golongannya. Kedua, pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Ketiga, seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah memiliki akuntabilitas, dimana seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya. Keempat, pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Kelima, pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya.
B. Kepala yang Melayani
Pelayanan dengan kepala berarti adanya manajemen dalam sebuah kepemimpinan. Karakter dan kharisma saja yang dikembangkan dengan prinsip melayani dengan hati dalam kepemimpinan formal tidak cukup, ia harus pula didukung oleh sebuah sistem manajemen dan visi kepemimpinan yang jelas. Banyak pemimpin kharismatik gagal saat ia menjabat sebagai pemimpin formal.
Dalam sebuah ungkapan dikatakan “nothing motivates change more powerfully than a clear vision”, visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin harus visioner, memiliki inspirasi pembangunan dan mampu melihat jauh ke depan. Ia menjadi inspirator bagi masyarakat yang dipimpimpinnya untuk menggerakkan mereka menuju sebuah posisi yang lebih maju. Sebab sebuah kepemimpinan dimaksudkan membawa mereka yang dipimpin untuk berubah menjadi lebih baik dan mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan.
Dalam sebuah hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim Nabi bersabda yang artinya, “Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, tunggulah kehancuran.” “Ahlinya” dalam hadits ini dimaksudkan memiliki profesionalisme dan kemampuan pengetahuan dalam sebuah urusan. Dalam hal kepemimpinan tentunya seorang pemimpin mesti menguasai pengetahuan kepemimpinan dan mimiliki visi yang jauh ke depan untuk pembangunan orang yang dipimpinnya.
Visi yang dibangun memiliki dua aspek, yaitu visionary role dan implementation role. Seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi pemerintahan namun juga memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
C. Tangan yang Melayani
Tangan yang melayani artinya perilaku yang ditampilkan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang melayani harus mimiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang diapresiasikan dalam kehidupan sehariannya. Selain melayani rakyat yang dipimpinnya, seorang pemimpin juga memiliki keinginan dan kerinduan untuk melayani Allah. Dalam hal ini dapat dikatakan seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehariannya. Ia menjadikan agama tidak hanya sebagai simbol-simbol pasif, namun lebih jauh ia implementasikan dalam perilaku dan program kerjanya.
Dengan demikian pemimpin sejati memberikan fokus yang besar pada hal-hal yang bersifat spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pengamalan ajaran agama tidak hanya dilakukan dengan melaksanakan acara-acara ritual keagamaan dan penampilan yang “beriman” dengan memakai atribut-atribut agama. Seorang pemimpin harus mentransformasikan nilai-nilai agama yang universal dalam pola pikir, pola sikap dan pola lakunya. Atau dalam istilah modern disebutkan, seorang pemimpin harus memiliki Spiritual Quotient (SQ), atau kecerdasan siritual. Sebab SQ akan menjadikan ia sadar akan keberadaan dirinya, mengerti akan hakikat tugasnya dan faham akan kehidupan fana yang dijalaninya. Dengan demikian akan timbul sifat rendah hati dalam bersikap dan tidak gila dengan jabatan dan harta.
Contoh Seorang Pemimpin yang Dapat Dijadikan Teladan
Siapa yang tidak mengenal Nabi Muhammad SAW? Beliau sangat disegani di seluruh dunia sebagai pemimpin umat Islam pada masanya. Dan sampai sekarangpun, warisan yang beliau tinggalkan tidak pernah lekang dimakan jaman. Tidak heran Michael H. Hart, seorang penulis buku “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia,” menempatkan Rasulullah SAW menduduki peringkat pertama dalam bukunya.
Sifat yang beliau terapkan dalam memimpin umatnya sangat tepat untuk dijadikan contoh bagi para pemimpin bangsa kita. Kesederhanaan yang beliau tunjukkan dalam memimpin, kesahajaan, kejujuran, keadilan, kebijaksannan, keluhuran budi pekerti dan tentu saja keimanan beliau yang kuat menunjukkan bahwa beliau merupakan sosok pemimpin sejati yang selalu diidam-idamkan oleh setiap orang. Kapankah Indonesia dapat memiliki pemimpin yang seperti beliau?
Presiden Indonesia dari Masa ke Masa
Pada Pilpres 2009 mendatang, semua sepakat yang mesti dipilih adalah kandidat yang memenuhi kriteria pemimpin sejati. Kepemimpinan sejati sering dikaitkan dengan kesempurnaan dalam berbagai hal, memiliki integritas, track record yang baik dalam pekerjaan, bertanggung jawab, jujur, adil, visioner dan futurist, mampu mengakomodir kepentingan yang berbeda, tidak rasialis, dan yang lebih penting lagi adalah memiliki keimanan yang diimplementasikan dalam kehidupan sehariannya. Semua hal ini dipadatkan dalam fungsi pelayanan, yakni melayani masyarakat yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan.
Di Indonesia sendiri ada beberapa calon yang biasanya selalu memenuhi papan pilpres, namun apakah mereka memiliki track record yang baik? Mari kita perhatikan. Wiranto adalah mantan ajudan Presiden Soeharto yang dipaksa lengser dari kekuasaannya oleh kekuatan rakyat. Ia pernah menjadi Menhankam/Pangab dan dituduh terlibat pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Timor Timur (Timtim), kasus Mei, maupun penculikan orang secara paksa. Begitu juga dengan Prabowo Subianto. Mantan Danjen Kopassus dan menantu Presiden Soeharto itu dituding terlibat pelanggaran HAM, kerusuhan Mei 1998 dan penculikan orang. Ia tidak pernah datang ketika dipanggil oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Megawati pernah menjadi ikon perlawanan rakyat terhadap rezim Soeharto. Ia juga dipandang memiliki kharisma ayahnya, Presiden Soekarno. Namun, begitu berkuasa pada 2001-2004, sejumlah UU yang proneoliberalisme dibuat, misalnya UU Sumber Daya Air (SDA), UU Tenaga Listrik, UU Minyak dan Gas Bumi, serta UU Pertambangan di Hutan Lindung. Pada saat itu juga terjadi privatisasi besar-besaran atas BUMN, salah satunya divestasi Indosat.
Bagaimana dengan pemerintahan SBY? Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, dipilih oleh rakyat sebagai Presiden untuk periode 2004–2009. Yudhoyono dari kalangan militer, sedangkan Kalla seorang saudagar. Dan mungkin hal itulah yang menyebabkan mereka sering berbeda pendapat dan terkesan seolah-olah mereka berjalan sendiri-sendiri. Dilihat dari sepak terjangnya selama memerintah di Indonesia, kinerja yang dilakukan sudah cukup bagus. Namun dapat dilihat pada masa kepemimpinannya tersebut, harga BBM sudah naik dua kali. Oleh kalangan aktivis dan mahasiswa, mereka dituding terlalu tunduk pada kemauan AS, salah satu contohnya adalah penyerahan Blok Cepu pada Exxon Mobil Oil.
Berdasarkan survey beberapa LSM mengenai calon presiden yang akan dipilih kelak, SBY masih tetap menjadi pilihan rakyat pada pilpres 2009 nanti mengalahkan pesaing-pesaingnya seperti Megawati, Wiranto, Jusuf Kalla, dan lain-lain. Walaupun belum pasti, tapi hal ini telah menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih menaruh harapan pada beliau untuk mengubah Bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Mereka beranggapan, segala krisis yang terjadi di Indonesia saat ini bukan merupakan kesalahan pemerintah sepenuhnya karena begitu banyak problem yang terjadi pada masa pemerintahan beliau yang tidak dapat dihindari seperti lumpur Lapindo, tsunami Aceh, gempa Jogja dan sekitarnya, juga masalah-masalah lainnya.
Dari beberapa pernyataan-pernyataan di atas sudah jelas pemimpin seperti apa yang dapat kita andalkan untuk bangsa ini kelak. Pemimpin yang harus kita pilih ke depan adalah mereka yang bersedia menjadi pelayan masyarakat, bukan yang duduk di kantor seperti raja. Ia berpenampilan merakyat, tidak ber-life style selebritis. Ia mengerti akan penderitaan rakyat meskipun tidak disampaikan secara verbal, bukan yang sibuk dengan pelayanan atasan dan kepentingan golongan tertentu. Kesetaraan negara membutuhkan pemimpin sejati, bukan calon pemimpin yang gemar beriklan atau membuat opini seperti yang banyak terjadi di Indonesia sekarang ini. Mudah-mudahan pemimpin seperti itu bukan hanya ada dalam khayalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar