Bisnis Online Terhemat

 

pasang iklan

Kamis, 20 Januari 2011

Cerpen = Hari tanpa Kata

Eloknya sinar mentari pagi membuat tidur lelapku perlahan-lahan terganggu. Ku terbangun di tengah pagi yang bisa dikatakan cerah, kuusap perlahan mukaku sambil berkomat kamit tidak jelas. “Sungguh pagi yang spesial” begitu pikirku.
Walau bangunku kesiangan, tetap saja aku tidak meninggalkan sholatku. Sebelum fajar menyingsing aku telah menghadap kepada-Nya untuk menunaikan kewajiban seorang muslim. Walau begitu, aku bukanlah seorang pemuda yang rajin beribadah . Bisa dibilang jabatan STMJ dapat disematkan padaku. Sholat Terus Maksiat Jalan...
.......
Aku berdiri seraya bersandar pada pelataran tangga kampus II UMM sambil termangu-mangu memikirkan tentang masa depan bangsa ini. Cicak vs Buaya, “ Penegak keadilan kok malah merusak keadilan!! Hancur betul hukum di Indonesia ini!!” Pikirku sambil mengangguk-angguk tak jelas.
Plok..!!!!!!!! Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku. “Assalamualikum... Ngelamun aja...” katanya.
“waalaikum salam” balasku, “ soalnya enak si ngelamunin kamu.”
Dia temanku seorang muslimah, hari ini dia kelihatan sangat beauty, kontras dengan busana muslim yang dikenakannya. Aku menyukainya lebih dari sekedar teman, namun aku tidak berani menyatakannya dikarenakan mentalku yang pecundang. Takutnya dia malah akan menjauhiku, dan itupun terbukti dengan sikapnya yang cuek padaku.
Mendengar perkataanku barusan, dia buru-buru pergi dari hadapanku. Karena terburu-burunya itu dia terpeleset dan akan terjatuh.
Tentu saja naluri seorang pria muncul, dengan gesit kutangkap tubuhnya beberapa detik sebelum bersentuhan dengan keramik. Seketika kucium aroma parfum yang keluar dari tubuhnya, begitu simple tapi harum bagiku.
Belum sempat aku berkata-kata, dia telah melepaskan peganganku dan berlalu tanpa meninggalkan sepatah katapun. Aku kecewa berat, mengetahui bahwa dia benci padaku. Dan hari itu kulalu tanpa kata-kata lagi.
Esoknya hari Minggu, aku mendapat sms darinya untuk bertemu di sebuah tempat di pinngiran kota Malang. Dia ingin mengatakan sesuatu padaku. Apakah dia ingin minta maaf atau berterimakasih padaku tentang kejadian kemarin. Aku tak tahu dan tak mau tahu, yang jelas aku bertekad kuat untuk menyatakan isi hatiku padanya. Apapun yang terjadi aku akan tetap mencintainya.
......
Di sebuah kafe di pinggiran kota kami bertemu. Hari inipun dia terlihat sangat indah dan menarik, namun aku melihat satu kejanggalan dari warna mukanya, pucat. Kupersilakan dia duduk dan memesan sesuatu, namun dengan halus dia agak menolak tawaranku. Kami terdiam beberapa saat,.. dan aku bermaksud memulai pembicaraan, namun butiran bening mengalir dari matanya. Seketika kuhentikan mulutku yang hampir berkata-kata.
”Saya minta maaf atas sikap saya kepadamu selama ini, saya tidak punya waktu lagi untuk berbicara kepadamu selain waktu ini,” katanya memulai pembicaraan dengan terisak. “ Saya suka sama kamu sejak pertama kali kita bertemu pesmaba dulu, tapi.....”
Mendengar hal itu aku bukan main senangnya, belum sempat aku menyatakan hal yang sama dia lebih dulu memotongnya, “ tapi saya sengaja bersikap seperti selama ini ke kamu karena saya tidak ingin kamu tahu bahwa saya mengidap leukemia dan divonis oleh dokter tidak akan bertahan sampai besok...”
Mendengarnya, hati yang awalnya berbunga-bunga seakan-akan rontok seperti disiram asam sulfat pekat. Dia melanjutkan perkataannya dengan isakan yang tertahan, “ Dan aku merasa hari ini adalah waktuku yang terakhir untuk menghirup udara kehidupan, oleh karenanya saya ingin mengungkapkan yang sebenarnya kepadamu.. Agar kamu bisa mengerti.....” Isakannya semakin menjadi-jadi.
Dikarenakan air matanya yang semakin deras mengucur, dia berlalu meninggalkanku yang termenung tidak percaya dengan apa yang dia sampaikan barusan. Terakhir kulihat dirinya dijemput dengan sebuah mobil Mercedes hitam.
Malam itu, air mataku pun tidak berhenti mengalir. Mengapa Allah memberikan ujian yang berat kepadanya? Tidak hentinya aku bertanya-tanya dalam hati tentang kuasa Allah.
Pagi harinya aku mendengar kabar tentang kepulangan dia ke sisi-Nya. Sengaja aku meninggalkan jam kuliah untuk berkunjung ke pemakamannya. Kutahan air mataku selama prosesi pemakamannya. Setelah orang tua, keluarga, dan handai taulannya telah beranjak meninggalkan tempat peristirahatannya, kucurahkan segala perasaanku saat itu juga. Aliran air membasahi pipiku.
Sakit betul terasa ditinggalkan selamanya oleh orang yang kita sayangi. Dalam keharuan itu pikiranku telah mulai berburuk sangka kepada Allah. Namun sebelum menjadi-jadi, aku dikejutkan oleh bunyi message handphoneku. Dengan pandangan yang kabur oleh air mata, aku membaca pesan tersebut dan terkejut...
Sms tadi berasal dari nomor handphonenya,

“Sungguh Allah tidak akan menguji hamba-hambanya melebihi kemampuannya...”

Saya harap perpisahan ini adalah awal dari pertemuan kita di Surga-Nya kelak..

Aku terhenyuk dan tersadar akan arti dari kata-kata nya dan Firman Allah yang dilampirkannya. Perlahan aku bangkit dari kesedihanku. Inilah pesan terakhir yang dia sampaikan kepadaku. Pesan tersebut kuhapus dari memory hp ku, namun isi dan makna pesan tersebut telah terkunci rapat di dalam hatiku selamanya.
Kutatap langit biru di atas dan terbayang wajah manisnya yang tersenyum kepadaku saat PESMABA dulu.
Plok!!! Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku dari belakang, “ Assalamualaikum mas.. Kok termenung di kuburan? Ntar kesambet lho...” kata suara itu dengan syahdu.
Kubalikkan tubuhku, dan kulihat seorang wanita muda berbusana muslim rapi yang sangat elok, lesung pipitnya membuat daya tariknya menjadi tinggi. Sungguh dia sangat menarik perhatianku. Aku tersenyum lembut mendengar sapaannya.
Inikah karunia Allah? Atau mungkin ujian dari-Nya? Wallahu alam...
Kulanjutkan kehidupan ini..... dan inilah kisahku di Hari Tanpa Kata.

Ending...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar