Bisnis Online Terhemat

 

pasang iklan

Jumat, 07 Oktober 2011

Cermin Kemiskinan di Indonesia

Tragedi zakat maut yang terjadi di Pasuruan, Jawa Timur menunjukkan kemiskinan ada di hadapan kita umumnya di hadapan Bangsa Indonesia. Hanya pembagian zakat sebesar Rp. 20.000-Rp. 30.000 sudah membuat beribu-ribu orang rela berdesak-desakan untuk mendapatkannya. Kemiskinan bukan sesuatu yang berhenti pada angka yang statistik yang naik dan turun sesuai survei. Kemiskinan adalah realitas sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang serius diderita dan dirasakan sebagian masyarakat.

Anehnya, kemiskinan yang merajalela dan membelenggu itu banyak dipelihara elite ekonomi dan politik. Orang kaya yang memberi zakat uang tunai hampir setiap tahun adalah salah satu contoh pemeliharaan kemiskinan. Mereka tak berbeda dengan sinterklas yang membagi-bagikan hadiah seakan setelah itu problem kemiskinan selesai. Bukankah lebih baik baik memberikan mereka modal untuk bekerja atau diberi pinjaman lunak untuk membuka usaha.

Untuk mengakhiri kemiskinan, kita harus belajar banyak dari pengalaman Muhammad Yunus dengan program Grameen Bank.

Keberhasilan Muhammad Yunus untuk memuseumkan kemiskinan membutuhkan kesabaran, keseriusan, dan tanpa pamrih politik. Dengan membangkitkan kepercayaan diri dan menjadikan orang miskin mampu mengerahkan segenap sumber daya dan modal yang dimiliki, kita bisa optimistis bahwa kemiskinan akan terkurangi. Tentu saja, struktur ketimpangan sosial dan politik serta kebijakan pemerintah yang tidak memihak orang miskin harus diakhiri. Elite politik jangan hanya gemar perang wacana angka kemiskinan, tetapi tidak melakukan aksi nyata.

Sudah saatnya bagi para elite ekonomi dan politik untuk mengakhiri kebohongannya dalam memberantas kemiskinan. Saatnya untuk lebih bersikap kritis dan
realistis dalam megakhiri sandiwara-sandiwara politik yang mengusung tema untuk rakyat. Dan kita sebagai penerus generasi bangsa juga perlu ambil bagian dalam hal ini agar Bangsa Indonesia ke depannya dapat menjadi bangsa yang bebas dari kemiskinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar