Bisnis Online Terhemat

 

pasang iklan

Minggu, 21 Agustus 2011

Keturunan nabi Muhammad SAW di Indonesia


BILA ada seseorang atau sekelompok orang mengaku-ngaku sebagai keturunan Nabi, sebenarnya kalau secara umum sah-sah saja dan tidak salah sama sekali. Karena, pada dasarnya semua umat manusia di muka bumi ini merupakan keturunan Nabi Adam Alaihissalam, Nabi pertama. Namun, tidak semua keturunan Nabi Adam Alaihissalam beriman kepada Allah SWT dan mengakui Muhammad sebagai Rasul Allah. Artinya, secara umum, tidak ada yang ‘istimewa’ dengan status keturunan Nabi. Apalagi, yang sesungguhnya dinilai oleh Allah SWT bukanlah asal-usul keturunan seseorang tetapi tingkat ketaqwaannya kepada Allah.

George Bush mantan Presiden Amerika Serikat juga keturunan Nabi Adam Alaihissalam, begitu juga dengan Osama bin Laden dari Saudi Arabia dan Ariel Sharon dari Israel. Semua nabi yang jumlahnya ribuan, juga keturunan Nabi Adam Alaihissalam, begitu juga dengan para Rasul Allah. Sementara itu, tidak ada satu pun keturunan Nabi Muhamad SAW yang menjadi Nabi atau Rasul, kecuali kalau ada yang mengaku-ngaku, maka bisa jadi nabi dan rasul palsu pembawa kesesatan.

Dalam perspektif antropologis, ada fenomena ‘penghormatan’ terhadap keturunan Nabi Muhammad SAW yang muncul dari sebuah penafsiran atau penyikapan terhadap sebuah hadits (?) yang berbunyi: “Sesungguhnya keturunanku itu dari Fatimah.”

Maka, tersusunlah sebuah silsilah yang menjuntai hingga belasan abad kemudian dari Hadramaut (Yaman) hingga ke Tanah Abang (Jakarta). Yaitu sebuah silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW dari garis keturunan Fathimah ra yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.

Maka, muncullah sebuah penyebutan khusus bagi keturunan Fathimah ra ini, yaitu Habib (yang tercinta), Sayid (tuan), Syarif (yang mulia), dan sebagainya. Di Jakarta, sebutan yang paling populer untuk ‘menghormati’ para keturunan Nabi Muhammad dari jalur Fathimah ra ini adalah habib atau habaib (jamak).

Tidak semua keturunan Arab bisa disebut habib. Misalnya, Abu Bakar Ba’asyir mantan Amir Mujahidin MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) yang kini memimpin Jama’ah Ansharut Tauhid meski merupakan keturunan Arab dari Yaman, bukanlah tergolong habib, dan tidak pernah mau dipanggil habib atau diperlakukan sebagai habib. Ba’asyir memang bukan keturunan Fathimah ra, maka tidak disebut habib, berbeda dengan Riziek Shihab Ketua FPI (Front Pembela Islam).

Dari sejumlah komunitas keturunan Fathimah ra ini, mereka terkelompokkan ke dalam sejumlah fam (nama keluarga) seperti Syihab, Shahab, Assegaf, dan sebagainya.

" Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kotoran dari kalian, Ahlul Bait dan menyucikan kalian dengan sebersih-bersihnya (QS Al-Ahzab:33)"

Dari penggalan surat Al-Ahzab ayat ke-33 di atas, Allah berjanji dalam firmannya kepada Rasulullah SAW bahwa akan menjamin Rasulullah dan para keturunannya (ahlul bait) berada dalam penjagaan Allah SWT. Dari situ, dapat dikatakan bahwa ahlul bait mempunyai keistimewaan-keistimewaan tersendiri jika dibandingkan dengan manusia lainnya. Mereka lebih mudah untuk menerima kebenaran, lebih tanggap, lebih cerdas, dan pastinya mudah menerima hidayah dari Allah karena mereka mewarisi sel-sel Rasulullah SAW dan mereka senantiasa dalam lindungan Allah.

Tidak bisa dipungkiri, dari beberapa ahlul bait Rasulullah di Indonesia banyak yang menjadi pembesar-pembesar Islam di Indonesia, ulama-ulama kondang, memiliki kehidupan yang serba berkecukupan. Namun tidak berarti, manusia selain para ahlul bait tidak dapat menyamai derajat mereka di mata Allah SWT.

Allah melihat hamba-Nya dari kadar ketakwaannya bukan darimana dia berasal, dari siapa dia lahir. Jadi untuk kita yang hanya menyandang status "manusia biasa" bisa jauh lebih dipandang oleh Allah daripada manusia-manusia lainnya. Itu semua tergantung dari amalan-amalan yang telah dan akan kita perbuat di dunia ini. Jangan berkecil hati, ayo kita berpikir bagaimana meningkatkan ketakwaan kita, untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. menuju ridho-Nya, menuju surga-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar