Bisnis Online Terhemat

 

pasang iklan

Senin, 29 Agustus 2011

Menangkah Kita? (Cerminan Diri di Hari Raya)

Bismillahirrahmanirrahim

…. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa itu) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS Al-Baqarah :185)

Alhamdulillah kita telah sampai pada suatu hari di mana kumandang takbir, tahmid, dan tahlil bertebaran di langit-langit bumi, mengisi cahaya matahari dengan kalimat-kalimat tauhid. Suatu hari yang penuh kebahagiaan, penuh kemenangan ,penuh keikhlasan, dan penuh dengan rasa saling memaafkan. Sebulan sudah kita berpuasa, menahan diri dari segala hal-hal yang dapat membatalkan sekaligus mengurangi pahala puasa kita. Sekarang umat manusia di seluruh dunia merasakan sukacita menyambut hari Iedul fitri 1432 H.

Perlu diperhatikan, saat ini telah menyebar di kalangan masyarakat, bahwa makna “Iedul Fitri” adalah kembali kepada fitroh (suci) karena dosa-dosa kita telah terhapus. Hal ini kurang tepat, baik secara tinjauan bahasa maupun istilah syar’i. Kesalahan dari sisi bahasa, apabila makna “Iedul Fitri” demikian, seharusnya namanya “Iedul Fithroh” (bukan ‘Iedul Fitri). Adapun dari sisi syar’i, terdapat hadits yang menerangkan bahwa Iedul Fitri adalah hari dimana kaum muslimin kembali berbuka puasa. (muslim.or.id)

Kemungkaran yang Biasa Dilakukan Tatkala ‘Iedul Fitri
1. Tasyabbuh (meniru-niru) orang-orang kafir dalam pakaian dan mendengarkan musik/nyanyian (kecuali rebana yang dimainkan oleh wanita yang masih kecil). Sabda Nabi, “Akan datang sekelompok orang dari umatku yang menghalalkan (padahal hukumnya haram) perzinaan, pakaian sutra bagi laki-laki, khomr (sesuatu yang memabukkan), dan alat musik…” (HR. Al Bukhori secara mu’allaq dan Imam Nawawi berkata bahwa hadits ini shohih dan bersambung sesuai syarat shohih).
2. Tabarruj-nya (memamerkan kecantikan) wanita, dan keluarnya mereka dari rumahnya tanpa keperluan yang dibenarkan syariat agama.
3. Berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahrom. Fenomena ini merupakan musibah yang sudah sangat merata. Tidak ada yang selamat dari musibah ini kecuali yang dirohmati Alloh. Padahal perbuatan ini adalah haram berdasarkan sabda Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam, “Sungguh, seandainya kepala kalian ditusuk dengan jarum dari besi, lebih baik daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal dia sentuh.” (lihat Silsilah Al Ahadits As Shohihah 226) (Ahkamul Iedain, Syaikh Ali bin Hasan).
4. Mengkhususkan ziarah kubur pada hari raya ‘Ied. Tidak terdapat satu dalil pun yang menunjukkan perintah Alloh ataupun tuntunan Nabi untuk ziarah ke kubur pada saat ‘Iedul Fitri.
5. Begadang saat malam ‘Iedul Fitri.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin lebih mengajak kepada kita semua untuk merenungi tentang makna “menang” itu sendiri. Apakah kita telah memperoleh kemenangan dalam arti yang sesungguhnya? Apakah kita telah mencapai predikat “takwa” sesuai dengan tujuan puasa itu sendiri? Apakah pantas kita bersuka cita di hari idul fitri sementara kita tidak bersungguh-sungguh dalam berpuasa?
Saya cukup tertarikk kdengan kata-kata yang dikeluarkan oleh sebuah produk makanan dalam iklannya: … Menang itu tetap berbagi, Menang itu tak pernah mengalah sama amarah. Menang itu selalu berusaha untuk tetap dekat (dengan-Nya)…

Kalau kita berpikir lebih lanjut maka kata-kata di atas cukup menjadi sebuah tolak ukur sebuah kemenangan di hari ini. Sudahkah kita memenuhi kriteria di atas? Padahal kriteria “menang” di atas hanya segelintir dari banyaknya kriteria yang dijadikan tolak ukur. Tanda orang yang “MENANG” itu adalah derajat ketakwaannya meningkat, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

- Bersedih karena akan meninggalkan bulan Ramadhan ini dan berharap setiap harinya dalam setahun adalah bulan Ramadhan.
- Bergembira karena dia mengingat janji Allah bagi orang-orang yang berpuasa sungguh-sungguh di malam penghujung bulan Ramadhan.
- Tetap mengamalkan hikmah puasa di bulan-bulan berikutnya yaitu berbagi dengan sesama khususnya kepada yang kurang mampu.
- Mampu menahan dan mengendalikan nafsunya walaupun telah keluar dari bulan Ramadhan.
- Selalu berusaha untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dengan beribadah sebanyak-banyaknya.
- Adanya suatu perubahan spiritual dalam dirinya kearah yang positif.
- Lebih berhati-hati dalam bertindak.
- Tidak mudah terjerumus dalam perbuatan maksiat, tidak mudah dipengaruhi bisikan setan.
- Tetap berusaha untuk menjaga hablum minannas dengan meningkatkan silaturahmi.
- Mudah memaafkan kesalahan orang lain (sudah memaafkan kesalahan orang lain terlebih dahulu sebelum orang yang bersangkutan meminta maaf).
- Mudah menerima kebenaran.
- Menjadi lebih ikhlas dan sabar dalam menerima ujian hidup di bulan-bulan berikutnya.
- Lebih memahami pentingnya mencari ilmu sebanyak-banyaknya khusunya ilmu agama.
- Dan lain sebagainya…

Pertanyaannya sekarang : apakah kita sudah menjadi pemenang di hari kemenangan ini?
Wallahualam bis showab

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar